Kamis, 06 Oktober 2011

analisis gaya bahasa

ANALISIS GAYA BAHASA
PADA KARYA WAYAN SUNARTA YANG BERJUDUL
“CAKRA PUNARBHAWA”
(Kisah Lima Penjelmaan)
      Dalam tugas ini kami akan mencoba menjelaskan mengenai gaya bahasa pada karya yang berjudul “Cakra Punarbhawa “karya Wayan Sunarta “ oleh sebab itu kami akan mencoba terlebih dahulu menjelaskan apa yang dimaksud dengan gaya bahasa .Gaya bahasa adalah penggunaan kta kiasan dan perbandinga yang tepat untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran dengan maksud tertentu.Gaya bahasa berguna untuk menimbulkan keindahan dalam karya sastra atau dalam  berbicara .Setiap orang atau pengarang memiliki cara tersendiri dalam memilih dan menggunakan gaya bahasa .Gaya bahasa disebut juga sebagi majas .
      Jika kita membicarakan tentang apa yang kita sebut sebagai gaya bahasa pada sebuah karya sastra maka secara tidak langsung kita akan menginjak pada apa yang kita sebut sebagai kajian stilistika dimana ,dengan ilmu inilah kita dapat menganalisis sebuah  tujuan dari penggunaan gaya bahasa pada sebuah karya sastra.Tujuan dari penulis sendiri jika kita lihat dari ilmu stilistika maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa tujuan dari penggunaan gaya bahasa sendiri pada sebuah karya sastra ialah untuk mencapai apa yang kita sebut sebagai nilai estetis dalam sebuah karya sastra atau yang lebih dikenal lagi sebagai nilai keindahan . Lalu apa peranan atau tujuan dan manfaat dari stilistika sendiri dalam sebuah karya sastra .Tujuannya ialah sebagai berikut :
1)Stilistika menerangkan  hubungan antara  bahasa  dengan fungsi artistik dan maknanya.
2)Stilistika menentukan dan memperlihatkan penggunaan bahasa sastrawan .khusus penyimpangan dan penggunaan linguistik untuk memperoleh efek khusus.
3)Stilistika menjawab mengapa sastrawan mengekspresikan dirinya justru memilih cara khusus? .Bagaimana efek estetis yang dapat dicapai melalui bahasa ? .Apakah pemilihan bahasa –bahasa tertentu dapat menimbulkan efek estetis?.Apakah fungsi dari penggunaan bentuk tertentu mendukung tujuan estetis?.
4)Stilistika dapat mengganti kritik sastra yang bersifat subjektif dan impresif dengan analisis stail wacana sastra yang lebih obyektif dan ilmiah .
5)Stilistika menggambarkan karakteristik  khusus sebuah karya sastra .
6)Stilistika mengkaji gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan pada karyanya .
Manfaat stilistika :
1)membuktikan ciri-ciri keindahan bahasa yang universal dari gaya bahasa dalam karya sastra.
2)menerangkan secara baik keindahan sastra dengan menunjukkan keselarasan penggunaan cirri-ciri keindahan bahasa dalam karya sastra .
3)membimbing sastrawan untuk lebuh meningkatkan mutu karya sastranya.
4)membimbing para pembaca untuk menikmati karya sastra dengan baik.
5)kemampuan membedakan bahasa yang digunakan dalam satu karya sastra  dengan karya sastra lan.
      Setelah menjelaskan tujuan dan manfaat stilistika maka marilah kita kaji secara bersama –sama dengan metode stilistika sehingga kita mengetahui apa sebenarnya tujuan dari penggunaan gaya bahasa pada sebuah karya sastra,terutama karya sastra yang berjudul “Cakra Punarbhawa “karya Wayan Sunarta “.

      Setelah membaca karya yang berjudul “Cakra Punarbhawa “karya Wayan Sunarta”, maka sebagai awalnya kelompok kami akan mencoba menjelaskan tahap demi tahap mengenai penyimpangan apa saja yang terjadi yang secara  otomatis kami akan menjelaskan tentang majas apa saja yang digunkan dalam karya tersebut.
1.1Penyimpangan dan Penggunaan linguistik untuk memperoleh efek khusus.
            Jika kita membahas tentang apa yang kita sebut sebagai penyimpangan dalam suatu karya sastra maka kita akan menjelaskan mengapa seorang pengarang diberi kebebasan dalam penggunaan bahasa pada karya sastranya .Seorang pengarang dibebaskan untuk menggunakan bahasa pada karya sastranya karena seorang pengarang memiliki apa yang disebut sebagai licentia poetica yaitu kebebasan seorang pengarang dalam mengekspresikan karya sastranya.Lalu pada tahap ini kami mencoba menjelaskan terlebih dahulu penyimpangan apa saja yang dilakukan oleh seorang pengarang dalam karya sastra yang berjudul “Cakra Punarbhawa “karya Wayan Sunarta “ tersebut .
a)penggunaan majas (gaya bahasa )pada karya tersebut .
a.1) Inversi  :adalah gaya bahasa yang berupa susunan kalimat terbalik dari subyek –  predikat menjadi predikat –subyek adapun penggunaannya pada karya tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
                  -Melabuhkan armada tempur  di panntai leluhurku.
a.2)  Alegori : menyatakan dengan cara lain melalui kiasan atau penggambaran atau bisa dikatakan majas alegori adalah gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia dengan alam secara utuh adapun penggunaannya pada karya tersebut antara lain sebagai berikut :
                  -rasi bintang yang sendiri (maksudnya ialah pelaku membandingkan dirinya   seperti rasi bintang )
                  -namun apa lacur ,aku gugur seperti pokok jati yang rubuh di musim kering .(pelaku membandingkan kematian  dirinya seperti pokok jati yang rubuh di musim kering).
a.3) Metafora : merupakan perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti, layaknya, bagaikan.Atau bisa diartikan juga sebagai gaya bahasa yang menggunakan kata atau kelompok kata dengan arti bukan sesungguhnya untuk membandingkan suatu benda dengan benda lainnya .
                  - Payudara kelapa gading
                  -Mata seteduh lautan, biru yang kurindu, yang memeram kelam topan
a.4) Simile : pengungkapan dengan perbandingan eksplisit ditandai dengan kata seperti layaknya, bagaikan
                  -Seperti jubah laut masa lalu
                  -Seperti tukik, lahir dari kandungan pasir, aku merayap pada hamparan pasir.
                  -Hingga baris-baris sajak lumer seperti roti kering tercelup cappucino hangat.
a.5) Personifikasi : pengungkapan yang menggunakan perilaku manusia yang diberikan pada selain manusia
-         Aku belajar memanah tangis.
-         Menebas air mata.
-         Lambungku lebih mencintai tombak ketimbang ombak.
-         Suara merdu merayu.
-         Kembali aku mengasah naluri tempur.
-         Aku mekar kembali dalam keluarga buruh tani.
-         Aku tumbuh seperti pohon tanpa daun.
-         Lalu mati dengan batin luka parah.
-         Menari bersama ubur-ubur, menyanyi bersama penyu hijau yang terusir, hiu kelabu, ganggang dan kerang.
-         Pohon malam yang mencintai malam.
-         Ibuku pasir pantai Kuta.
-         Kau berlari kecil dan tertawa renyah kearah senja yang melindap harap.
-         Buih putih meraba mulus betismu yang ranum tangkai bunga leli.
-         Memandangmu memainkan senja yang ragu dan gemetar meniti ombak liar.
-         Agak ragu kau membujuk, mengajakku menyulam malam dalam selimut kusam.
-         Malam melata.
-         Cahaya gagu.
-         Dan pantai pun menjerit manja saat ombak pasang menyatukan dua benua.
-         Igaumu menyusur malam
-         Urat-urat darahmu coba meraba geletar asing yang mendedah ruh dan tubuh di ruang pengap kamar yang terbakar.
-         Napasku tercekik belai gurita raksasa, tepat saat jari-jari tanganmu ingin raih bulan di atas samudera.
a.6) Metonemia  : pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek atau ciri khasnya
-         Aku meraba bungkus keretek disaku jaket.
       a.7) Enumerasio : Gaya bahasa penegasan dengan melukiskan suatu peristiwa agar    
         keseluruhan maksud kalimat lebih jelas dan lugas
                  -Malam biru
-         Suatu malam, kelam gemetar di udara.
-         Mengukur jalan Legian yang bising, berisik, sesak, pikuk, dan sibuk.
-         Merembes membasahi arus darah.
-         Malam mendadak membara
  a.8) Eufinisme    : pengungkapan kata-kata yang dipandang kasar atau tabu dengan kata lain yang dianggap pantas atau lebih halus
-         Penadah tita yang patah.
-         Ayahku raja pasar gelap.


     Dari penjelasan diatas kami mecoba menjelaskan beberapa majas yang digunakan pada karya tersebut.Namun penjelasan di atas kami rasa masih sangat kurang sehingga kami akan mencoba menjelaskan beberapa perihal penting terkait dengan analisis gaya bahasa pada sebuah karya sastra .oleh sebab itu kami akan menjawab pertanyaan pertama yaitu :
b.1) Mengapa sastrawan mengekspresikan dirinya justru memilih cara khusus?
      Jika pertanyaan yang disuguhkan demikian maka jawabannya ialah dalam hal ini Wayan Sunarta kami rasa banyak menggunakan gaya bahasa pada karyanya  sebab ia berusahya mencapai titik klimaks dari sebuah karya sastra yaitu nilai estetis atau keindahan .Dimana cara yang paling jitu untuk mewujudkan nilai estetis tersebut ialah dengan menggunakan gaya bahasa pada sebuah karya sastra.
b.2) Bagaimana efek estetis yang dapat dicapai melalui bahasa ?
pertanyaan diatas memang sangat sulit untuk diungkapkan karena pada dasarnya sebuah penilaian terhadap karya sastra benar-benar tidak ada ukuran  atau takaran tertentu sehingga dapat dinilai karya tersebut memiliki nilai estetis atau tidak.Sehingga disini kami mencoba menyajikan kami hanya menjelaskan mengapa suatu bahasa dapat menimbulkan nilai estetis pada sebuah karya sastra?.Jawabannya ialah seperti yang kita ketahui bahwa bahasa adalah suatu alat yang mewakili makna dalam sebuah komunikasi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain sehingga melalui bahasa tersebutlah seorang manusia dapat menyampaikan apa yang dia inginkan dan yang dia rasakan .Namun dalam hal ini bahasa lebih digunakan sebagai pencitraan  sehingga dicapai apa yang disebut nilai estetis/keindahan,dan sebuah keindahan dalam sebuah karya sastra dapat dicapai melalui keindahan merangkai sebuah kata dalam suatu bahasa baik itu menggunkan gaya bahasa atau hal yang  lainnya .
b.3) Apakah pemilihan bahasa –bahasa tertentu dapat menimbulkan efek estetis?
Pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang sangat relevan untuk dijawab dimana jawaban dari pertanyaan diatas ialah Ya…sebuah bahasa memang benar dapat memberikan /menimbulkan efek estetis bagi pendengar atau pembacanya jika bahasa tersebut dapat menimbulkan kesan tertentu baik itu sedih ,senang ,terharu atau perasaan lainnya yang membangkitkan indra perasa yang kita miliki baik upaya itu dilakukan dengan menggunakan gaya bahasa atau hal-hal lainnya .Sehingga setelah kita membaca atau mendengar sebuah karya sastra kita merasa kagum dan ingin mendengar atau membacanya berkali-kali


      Setelah membaca penjelassan diatas maka pertanyaan yang terkhir ialah “Apakah Wayan Sunarta berhasil mewujudkan nilai estetis tersebut dalam karyanya ?.Jika pertanyaannya demikian maka jawaban dari itu semua tergantung dari para pembaca karya tersebut .Namun, disini kami akan menjawab bahwa nilai estetis dalam karya Wayan Sunarta yang berjudul “Cakra Punarbhawa “tersebut telah tercapai karena beliau menyampaikan gaya bahasa pada karyanya sangat apik dan dapat menimbulkan kesan estetis ketika kami membacanya .Tapi sekalilagi kami tekankan bahwa nilai estetis a tau baik buruknya sebuah karya sastra sangat tergantung dari pembaca yang menikmati karya tersebut .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar