Kamis, 06 Oktober 2011

camar ke 11

Camar Ke 11

Pernahkah engkau melihat camar ke 11
Yang selalu terbang di belakang jutaan pesan
Dan selalu setia bersama sayapnya yang rapuh

Pernahkah engkau melihat camar ke 11
Yang selalu terseyum dengan sayap tak bertuah
Dan memilah apa yang berbilah

Pernahkah engkau melihat camar ke 11
Yang menaklukkan mentari di kala sunyi
Dan diam-diam merobek nurani

Pernahkah engkau melihat camar ke 11
Yang selalu menyanyikan nada sunyi
Dan melantunkan nada-nadanya untuk para awan

Dan jika engkau melihat camar ke 11
Maka engkau akan terpesona akan matanya
Yang merubah jiwa-jiwa yang rapuh membara


nyanyian sang pujangga

aku hanyalah pujangga kerdil
yang memujamu dari batasan bait-bait tak bertuan
yang menatapmu dari kejauhan
dan berkata dengan ketenangan
engkau adalah kekasih pujaan






Srie

Untuk srie yang selalu kurindu
Kepergianku bukan untuk meninggalkanmu
Karena aku seutuhnya adalah jiwamu

Untuk srie yang selalu ku damba
Jiwaku ini sedang mengembara
Mencari sisa-sisa tapak kaki sang pencipta

Lalu apakah dirimu akan setia ?


Langkah Ke 18

Pernahkah dirimu bertanya
 seberapa banyak kita melangkah
pernahkan dirimu berfikir
seberapa sering kita berubah
Melukiskan sendi-sendi pada tanah yang patah
Meronta  dan menjerit
pada keheningan yang manusiwai
dan sesaat tanpa kita sadari
kita adalah 18


30
Pernah dirimu bertanya siapa aku
Yang membuatku tersentak dari batasan yang kosong
Yang membuatku harus menyebutkan yang ke 30
Karena yang ketigapuluh adalah aku
Gadis Kecilku
Gadis kecilku menari dengan gemulai
Mengepakkan sayapnya
yang selalu terbuka menantang dunia
Dia bukanlah dia jika tak berkata
Gadis kecilku selalu bicara
Dia bukanlah dia jika tak menari
Gadis kecilku selalu menari

Dulu aku memujamu saban hari
Namun kini aku mencintaimu saban detik
Hingga aku ambil seruling cinta
Dan mendendangkannya di telingamu dengan manja
Gadis kecilku??????
Yahh…
Kini milikku!


Mau Apa

Kita beradu
Kita berfikir
Kita mangkir
Kau mau apa ?
Aku mau ini?
Kamu mau itu!
Lalu kau mau apa?

Sungai Cinta
Aliran waktu berfikir tentang kita
Kita ini mau kemana?
Cacat kita jika hanya bicara
Karena cinta tak harus bicara



Veronusa
Veronusa adalah bintang tak padam
Yang selalu bersinar pada malam yang hitam
Veronusa adalah putih
Lebih putih dari semua bintang
Karena veronusa adalah kita
Kita adalah putih?
Maka biarlah kita menjadi veronusa
Agar selalu setia antara yang satu dengan lainnya.

@#$%^&*()
Dekap aku
Peluk aku
Karena aku mulai candu
Aku mulai rindu
Bayanganmu selalu mengikutiku
Kau fatamorgana
Kau adalah ganja
Kau adalah surga
Jaga aku
Aku manusia
Aku takut akan diriku
Karena kau berbau surga

Aku binatang
Aku liar
kau meronta
Aku sabar
Kau kejam
Aku terbungkam

Cinta
Taukah kasih
Cinta bukanlah sebuah rasa
Karena semuanya sudah punya
Semuanya bisa rasa
Dan memiliki batasan rasanya

Cinta itu adalah rasa
Dan rasa sulit diterka
Lalu berubah seenak udelnya
Lalu, apakah cinta kita adalah rasa?

 Aku tak sudi mengakuinya
Karena cintaku melebihi rasa
Aku sombong
Aku angkuh
Cintaku adalah nyawa
Yang sepanjang itu pula kau memilikinya

Pohon Tua 
Pohon  tua itu saksi kita
Ketika pertamakali kita bicara
Pohon tua itu saksi kita
Ketika engkau tersenyum mesra
Dan menatapku dengan rasa
Pohon tua itu saksi kita
Ketika aku meluapkan syair cinta
Dan bertasbih dekat dengan rasa
Pohon tua itu milik kita
Karena hanya dia saksi kita
Namun kini ia telah tiada
Karena terperanggas oleh kikirnya dunia
Dia hilang
Lalu siapa saksi kita ??
Maret
Dikala itu kasih
Aku selalu mengawasimu melalui sobekan buku yang tercuil tengahnya hingga aku terbiasa
Melihat senyummu yang selalu tak biasa

Aku adalah pengembara
Yang mencari jiwa-jiwa dengan cinta
Namun tiadalahada yang  lebih sempurna
Tanpa kau disana

Dulu kau tak sadar aku cinta
Dulu kau menganggapku biasa
Namun aku selalu mengawasimu dengan rasa
Karena memang benar aku cinta

Kini maret telah tiba
Ujian rasa mulai binasa
Merobek kesabaran yang tak ternoda
Mulutku menganga
Aku harus berkata
Hingga maret itu tiba
Kini kau sudah didada

Sholat
Jika engkau bertanya kepadaku tentang akar agama
Maka sholat adalah jawabnya
Lalu bagaimana engkau bisa terbuang
Jika sholatmu menjadi teman







Hati
Taukah kau yang selalu setia itu siapa
Yang menemanimu dengan bangga
Dan berkata padamu aku setia
Dia adalah hati
Dia selalu menjadi nurani dikala sunyi
Karena dia adalah cinta
Yang abadi menjaga raga
Lalu  sudikah engkau membuangnya ?
Ketika datang siempunya hati mau berkata
Ini saudah saatnya!!

Pahatan Rasa
Aku pahat sebisaku
Kau pahat pula sebisamu
Yang indah ya
Karena kita saling merasa
Kita saling memuja
Maka kita pahat sama-sama

Lubang hati
Jika itu semakin dalam
Maka maafkan aku kasih
Jika itu semakin sakit maka maklumi aku kasih

Cinta memang harus seperti itu
Agar ada kemanisan yang serupa
Cinta sejati memang tajam
Tapi indah diakhiran
Karena cinta adalah pesan.


Aku dan Kau

Seberapkah  cintkah dirimu  kasih
Ketika dirimu melukiskan sebatang pohon cinta dalam nurani yang teraniaya
Seberapa jauh kasih
ketika engkau melangkahkan kakimu menuju rimba

kita adalah adam dan hawa
yang selalu tersesat karena rasa
namun jagalah semuanya
agar berakhir bahagia

sejauh apa kita melangkah
sejauh mana kita bisa
maka marilah kita songsong bersama
agar kita tetap bersama
hingga rambut mulai bosan untuk hitam
hingga kulitku kulitmu mulai kendur karena masa

lalu dimanakah kita melangkah jika rimba terlalu indah
haruskah kita terdiam menanti
tidak…
kita harus bersama karena aku dan kau adalah Satu
maka tetaplah disampingku untuk tak bosan
karena kita harus bersabar
agar kelah tetap bertahan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar